Harapan Dewan Adanya Kawasan Industri Dapat Mendongkrak Perekonomian Kaltim

14 September 2021

Sekretaris Komisi II DPRD Kaltim Bagus Susetyo.
SAMARINDA. Di kuartal II/2021, perekonomian Kaltim tumbuh sebesar 5,76 persen. Salah satu faktor yang menopang pertumbuhan tersebut diantaranya kawasan industri pengolahan yang semakin menunjukkan tren positif. Melihat arah pertumbuhan ekonomi yang signifikan, Sekretaris Komisi II DPRD Kaltim Bagus Susetyo berharap kawasan industri dapat mendongkrak perekonomian Kaltim.

Dalam hal ini, ia berharap agar kawasan industri seperti Maloy Batuta Trans Kalimantan Special Economic Zone (KEK), Pelabuhan Kariangau, dan Kawasan Buluminum Nuclear Industry Science Techno Park (BNI-STP) dapat dimasukan dalam rencana revisi RPJMD Kaltim periode 2019–2023. “Makanya perlu mendapatkan perhatian yang lebih maksimal. Seperti kawasan Maloy yang menjadi potensi pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan menjadi sumber pendapatan daerah," ujar politisi dari Fraksi Gerindra tersebut, Kamis (9/9/2021).

Selain itu, menyangkut Kawasan Buluminung, Bagus juga berharap kawasan seluas 20 hektare tersebut dapat digunakan sebagai kawasan pengembangan nuklir, iradiator gamma guna meningkatkan pertumbuhan perekonomian Bumi Etam. "Apalagi bakal dimanfaatkan sebagai pusat pendidikan, penelitian, aplikasi iptek nuklir, dan temu antara komunitas iptek nuklir dengan dunia usaha," ungkapnya.

Ditambah, kawasan Pelabuhan Kariangau yang terletak di Kota Balikpapan yang diharapkan dirinya dapat mendorong aktivitas industri ekspor dan impor antardaerah. "Bila ketiga kawasan tersebut dimaksimalkan akan menjadi salah satu sektor yang dapat menjadi andalan Kaltim di masa depan,” pungkasnya (adv/hms7).
TULIS KOMENTAR ANDA
Berita Utama
Database Pertanian, Kunci Ketahanan Pangan Kaltim di Tengah Dinamika IKN
admin 22 November 2024
0
SAMARINDA. Hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) membawa dinamika baru bagi Kalimantan Timur (Kaltim). Salah satunya adalah melonjaknya kebutuhan pangan seiring pertumbuhan pesat jumlah penduduk. Namun, ambisi Kaltim menuju swasembada pangan menghadapi sejumlah tantangan mendasar. Salah satu ironi terbesar adalah penurunan produksi padi di tengah meningkatnya permintaan. Penyebabnya, tak lain adalah maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan dan area pertambangan. Hingga saat ini, Benua Etam masih bergantung pada suplai pangan dari daerah lain seperti Jawa dan Sulawesi. Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, tak memungkiri bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kaltim masih bertumpu pada sektor sumber daya alam, terutama pertambangan. Namun, ia meyakini bahwa Kaltim memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada pangan, mengingat luasnya wilayah yang tersedia. Ananda menyoroti pentingnya pemerintah menyusun database yang komprehensif untuk memetakan potensi wilayah di Kaltim. la menilai, langkah ini menjadi fondasi penting untuk merancang cetak biru ketahanan pangan, terutama sebagai penyangga kebutuhan IKN. "Kita belum punya data konkret soal pertanian di setiap kabupaten/kota. Berapa luas lahannya? Bagaimana kualitas tanahnya, subur atau tidak? Cocoknya ditanami apa? Kalau kita punya database lengkap, saya yakin kita tidak perlu lagi mengandalkan pasokan dari luar. Kita bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri," ungkap Ananda. la menambahkan bahwa sejauh ini, Kutai Kartanegara (Kukar), Paser, dan Penajam Paser Utara (PPU) sudah dikenal sebagai lumbung pangan di Kaltim. Namun, ia meyakini wilayah lain juga memiliki potensi serupa jika dikelola dengan baik. Ananda menekankan perlunya pemetaan menyeluruh dari hulu ke hilir. "Yang paling penting, mulailah dengan database. Setelah itu, pemerintah harus menjadikannya prioritas, dari pusat hingga kabupaten/kota. Selain fokus pada SDA, kita juga harus memastikan ketahanan pangan, terutama untuk kebutuhan kita sendiri," tuturnya. la juga mendorong pemerintah pusat memberikan perhatian lebih pada pengembangan food estate di Kaltim sebagai salah satu solusi strategis. Namun, ia mengingatkan agar kebijakan tersebut tetap berpihak pada kesejahteraan petani lokal. "Jika dilakukan dengan serius, food estate bukan hanya bisa memperkuat swasembada pangan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan petani. Jadi, semua pihak harus bergandengan tangan untuk mewujudkan ini," pungkasnya. (adv/hms7)