SAMARINDA - Bank Indonesia (BI) kembali menyelenggarakan Pertemuan Tahunan tingkat provinsi, dan tahun ini giliran Kalimantan Timur menjadi tuan rumah. Mengusung tema “Tangguh dan Mandiri: Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berdaya Tahan”, kegiatan tersebut juga dihadiri Wakil Ketua DPRD Kaltim, Yenni Eviliana, sebagai bagian dari penguatan kerja sama antara lembaga legislatif dan otoritas moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah.
Acara yang berlangsung pada Jumat (28/11/2025) malam di Aula Maratua, Gedung B Lt. 4 Kantor Perwakilan BI Kaltim itu diwarnai optimisme Yenni terhadap prospek ekonomi daerah. Menurutnya, masuknya Kaltim sebagai salah satu dari 38 provinsi yang menjadi fokus pemantauan BI mencerminkan kepercayaan terhadap kemampuan fiskal dan kondisi ekonomi di wilayah tersebut.
“Semoga ke depan ekonomi dan fiskal kita semakin baik,” tutur Yenni setelah mendengarkan paparan dari perwakilan BI. Ia menekankan pentingnya sinergi antara DPRD, pemerintah daerah, dan BI dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Yenni menilai, pemantauan harga secara konsisten serta respon cepat dari BI dan pemerintah sangat penting agar gejolak harga tidak mengganggu ekonomi masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Yenni juga menyoroti ketimpangan pembangunan antarwilayah di Kaltim, terutama kawasan pedalaman dan perbatasan yang sering terlewat dari perhatian publik dan laporan resmi. Ia berharap hasil pertemuan BI dapat mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk lebih fokus pada pemerataan infrastruktur, pendidikan, dan layanan dasar di daerah tertinggal.
“Saya ingin memastikan anggaran dan perhatian tidak hanya tertumpuk di kota-kota besar, tetapi juga menjangkau desa-desa terpencil,” tegasnya. Ia menambahkan, sektor pertanian, perkebunan, serta ekonomi lokal harus mendapatkan dukungan agar pemerataan pembangunan dapat benar-benar terasa.
Tak hanya sektor ekonomi, Yenni turut menyinggung kebutuhan akses pendidikan dan transportasi yang masih menjadi persoalan di beberapa daerah. Ia menyampaikan tengah menindaklanjuti aspirasi masyarakat mengenai pembangunan jembatan gantung dan peningkatan akses jalan menuju kebun maupun sekolah. “Tahun depan direncanakan ada perbaikan jembatan gantung bagi petani. Semoga ada program lanjutan yang bisa memperkuat akses pendidikan dan mobilitas warga,” ujarnya.
Bagi Yenni, pertemuan tahunan BI di tingkat provinsi menjadi wadah penting untuk berdialog, mengevaluasi kondisi, dan merumuskan strategi dalam menghadapi dinamika global sekaligus memaksimalkan peluang ekonomi. Ia berharap hasil diskusi dalam forum ini dapat segera diwujudkan melalui kebijakan konkret di daerah.
Menutup sesi, Yenni mengajak seluruh pihak untuk memperkuat kolaborasi. “Mari kita manfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Timur,” serunya.
Acara yang berlangsung pada Jumat (28/11/2025) malam di Aula Maratua, Gedung B Lt. 4 Kantor Perwakilan BI Kaltim itu diwarnai optimisme Yenni terhadap prospek ekonomi daerah. Menurutnya, masuknya Kaltim sebagai salah satu dari 38 provinsi yang menjadi fokus pemantauan BI mencerminkan kepercayaan terhadap kemampuan fiskal dan kondisi ekonomi di wilayah tersebut.
“Semoga ke depan ekonomi dan fiskal kita semakin baik,” tutur Yenni setelah mendengarkan paparan dari perwakilan BI. Ia menekankan pentingnya sinergi antara DPRD, pemerintah daerah, dan BI dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Yenni menilai, pemantauan harga secara konsisten serta respon cepat dari BI dan pemerintah sangat penting agar gejolak harga tidak mengganggu ekonomi masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Yenni juga menyoroti ketimpangan pembangunan antarwilayah di Kaltim, terutama kawasan pedalaman dan perbatasan yang sering terlewat dari perhatian publik dan laporan resmi. Ia berharap hasil pertemuan BI dapat mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk lebih fokus pada pemerataan infrastruktur, pendidikan, dan layanan dasar di daerah tertinggal.
“Saya ingin memastikan anggaran dan perhatian tidak hanya tertumpuk di kota-kota besar, tetapi juga menjangkau desa-desa terpencil,” tegasnya. Ia menambahkan, sektor pertanian, perkebunan, serta ekonomi lokal harus mendapatkan dukungan agar pemerataan pembangunan dapat benar-benar terasa.
Tak hanya sektor ekonomi, Yenni turut menyinggung kebutuhan akses pendidikan dan transportasi yang masih menjadi persoalan di beberapa daerah. Ia menyampaikan tengah menindaklanjuti aspirasi masyarakat mengenai pembangunan jembatan gantung dan peningkatan akses jalan menuju kebun maupun sekolah. “Tahun depan direncanakan ada perbaikan jembatan gantung bagi petani. Semoga ada program lanjutan yang bisa memperkuat akses pendidikan dan mobilitas warga,” ujarnya.
Bagi Yenni, pertemuan tahunan BI di tingkat provinsi menjadi wadah penting untuk berdialog, mengevaluasi kondisi, dan merumuskan strategi dalam menghadapi dinamika global sekaligus memaksimalkan peluang ekonomi. Ia berharap hasil diskusi dalam forum ini dapat segera diwujudkan melalui kebijakan konkret di daerah.
Menutup sesi, Yenni mengajak seluruh pihak untuk memperkuat kolaborasi. “Mari kita manfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Timur,” serunya.