Seno Aji Hadiri Pelantikan PAW DPRD Samarinda

30 September 2021

Wakil Ketua DPRD Kaltim Seno Aji, bersama Anggota DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi dan Mashari Rais, menghadiri pelantikan Andi Muhammad  Afif Rayhan  Harun sebagai Anggota DPRD Kota Samarinda, menggantikan Arbain dari fraksi Gerindra
SAMARINDA. Wakil Ketua DPRD Kaltim Seno Aji, bersama Anggota DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi dan Mashari Rais, Rabu (29/09) kemarin.

Menghadiri pelantikan Andi Muhammad  Afif Rayhan  Harun sebagai Anggota DPRD Kota Samarinda, menggantikan Arbain dari fraksi Gerindra.

Usai pelantikan Seno Aji mengatakan, Pergantian Antar Waktu (PAW) yang dilakukan partai Gerindra di DPRD Samarinda sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Drinya berharap, kinerja Fraksi Gerindra di DPRD Samarinda menjadi lebih baik lagi.

“Semoga dengan terpilihnya Andi Muhammad  Afif Rayhan  Harun sebagai Anggota DPRD Samarinda yang baru, bisa lebih kompa. Terutama, bersinergi dengan Pemerintah Kota Samarinda untuk membangun Samarinda labih baik lagi,” ujarnya.

Selain itu, untuk kader Partai Gerindra di DPRD Samarinda yang telah purna tugas, tidak berkecil hati. Pasalnya, tugas kedepannya memungkinkan lebih berat, karena akan membantu pembangunan daerah lebih baik.

“Pak Arbain tetap sebagai kader Partai Gerindra, dan akan menjadi tim percepatan pembangunan Kota Samarinda di bawah kepemimpinan kepala daerah sekarang. Sehingga, tugas dia juga semakin berat sebenarnya, karena untuk mensukseskan pembangunan kota itu sendiri,” sebut Seno.

Sementara itu, Ketua DPRD Samarinda Sugiyono  dalam rapat paripurna menyampaikan pergantian Arbain dengan Rafif Rayhan tersebut didasari surat permohonan DPD Gerindra Kaltim pada tanggal 9 Agustus 2021, tentang permohonan pergantian antar waktu anggota fraksi Gerindra di DPRD Kota Samarinda. (adv/hms6)
TULIS KOMENTAR ANDA
Berita Utama
Database Pertanian, Kunci Ketahanan Pangan Kaltim di Tengah Dinamika IKN
admin 22 November 2024
0
SAMARINDA. Hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) membawa dinamika baru bagi Kalimantan Timur (Kaltim). Salah satunya adalah melonjaknya kebutuhan pangan seiring pertumbuhan pesat jumlah penduduk. Namun, ambisi Kaltim menuju swasembada pangan menghadapi sejumlah tantangan mendasar. Salah satu ironi terbesar adalah penurunan produksi padi di tengah meningkatnya permintaan. Penyebabnya, tak lain adalah maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan dan area pertambangan. Hingga saat ini, Benua Etam masih bergantung pada suplai pangan dari daerah lain seperti Jawa dan Sulawesi. Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis, tak memungkiri bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kaltim masih bertumpu pada sektor sumber daya alam, terutama pertambangan. Namun, ia meyakini bahwa Kaltim memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada pangan, mengingat luasnya wilayah yang tersedia. Ananda menyoroti pentingnya pemerintah menyusun database yang komprehensif untuk memetakan potensi wilayah di Kaltim. la menilai, langkah ini menjadi fondasi penting untuk merancang cetak biru ketahanan pangan, terutama sebagai penyangga kebutuhan IKN. "Kita belum punya data konkret soal pertanian di setiap kabupaten/kota. Berapa luas lahannya? Bagaimana kualitas tanahnya, subur atau tidak? Cocoknya ditanami apa? Kalau kita punya database lengkap, saya yakin kita tidak perlu lagi mengandalkan pasokan dari luar. Kita bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri," ungkap Ananda. la menambahkan bahwa sejauh ini, Kutai Kartanegara (Kukar), Paser, dan Penajam Paser Utara (PPU) sudah dikenal sebagai lumbung pangan di Kaltim. Namun, ia meyakini wilayah lain juga memiliki potensi serupa jika dikelola dengan baik. Ananda menekankan perlunya pemetaan menyeluruh dari hulu ke hilir. "Yang paling penting, mulailah dengan database. Setelah itu, pemerintah harus menjadikannya prioritas, dari pusat hingga kabupaten/kota. Selain fokus pada SDA, kita juga harus memastikan ketahanan pangan, terutama untuk kebutuhan kita sendiri," tuturnya. la juga mendorong pemerintah pusat memberikan perhatian lebih pada pengembangan food estate di Kaltim sebagai salah satu solusi strategis. Namun, ia mengingatkan agar kebijakan tersebut tetap berpihak pada kesejahteraan petani lokal. "Jika dilakukan dengan serius, food estate bukan hanya bisa memperkuat swasembada pangan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan petani. Jadi, semua pihak harus bergandengan tangan untuk mewujudkan ini," pungkasnya. (adv/hms7)